Faktasulteng.id, Palu – Hamparan pasir putih Teluk Palu bersanding elok dengan perbukitan hijau, membingkai sebuah lanskap menawan. Di kejauhan, keindahan Danau Poso yang purba menawarkan ketenangan. Sulawesi Tengah dengan segala keajaiban alam dan kekayaan budayanya, perlahan namun pasti, bangkit dari tidurnya. Bukan hanya karena pesona alamnya yang tak terbantahkan, tetapi juga berkat geliat digital yang kini menjangkau hingga pelosok desa.
Perjalanan Wisatawan Nusantara Melonjak
Data menjadi saksi bisu dari kebangkitan ini. Dalam Berita Resmi Statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah, disebutkan:
“Pada Juni 2025, perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) berdasarkan Kabupaten/Kota tujuan di Sulawesi Tengah mencapai 1.041,76 ribu perjalanan.”
Angka ini melonjak tajam, naik 34,50 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Peningkatan ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari sebuah perubahan fundamental. BPS juga mencatat Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang pada Mei 2025 sebesar 50,81 persen, meningkat sebesar 1,83 persen poin dibandingkan dengan keadaan Mei 2025. Lonjakan perjalanan wisnus ini berdampak langsung pada sektor perhotelan.
Jaringan Digital sebagai Jalur Arteri Baru
Peningkatan jumlah kunjungan ini beririsan erat dengan penetrasi jaringan internet yang kian merata. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam survei penetrasi internet tahun 2024 menunjukkan bahwa Sulawesi Tengah menjadi salah satu provinsi yang disurvei dengan 90 responden.
Angka ini didukung oleh peningkatan infrastruktur digital yang terus digenjot, termasuk di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Sebelumnya, banyak destinasi wisata terpencil di Sulteng yang bagaikan permata tersembunyi. Keindahan Wana Wisata Pinus di Sigi, keunikan Lembah Bada di Poso, hingga surga bahari di Banggai, tak bisa terpromosikan secara maksimal karena ketiadaan akses internet. Calon wisatawan sulit mencari informasi, memesan akomodasi, atau sekadar berbagi pengalaman secara real-time.
Kini, dengan hadirnya sinyal, para wisnus tak hanya datang untuk menikmati keindahan, tetapi juga membagikannya ke seluruh dunia.
Wisatawan Digital dan ‘Wajah’ Baru Pariwisata
Kini, setiap unggahan foto atau video di media sosial menjadi alat promosi paling efektif. Seorang wisatawan yang membagikan story tentang senja di Pantai Talise atau mengunggah reels tentang keramahan masyarakat Suku Kaili di Palu, secara tidak langsung telah menjadi “agen pemasaran” pariwisata Sulteng. Fenomena ini menciptakan ekosistem pariwisata digital yang dinamis.
Peningkatan akses digital tidak hanya menguntungkan wisatawan, tetapi juga memberdayakan pelaku usaha lokal. Pengrajin kain tenun Donggala bisa memasarkan produk mereka lebih luas melalui platform e-commerce. Pelaku UMKM kuliner dapat melayani pesanan secara online.
Inilah potret nyata sinergi antara teknologi dan pariwisata yang menciptakan roda ekonomi baru di Sulawesi Tengah.
Menjaga Keberlanjutan di Era Digital
Di tengah euforia kemajuan ini, penting untuk diingat bahwa digitalisasi hanyalah alat. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menjaga keberlanjutan pariwisata.
Memastikan infrastruktur dasar seperti jalan dan listrik memadai, melatih masyarakat lokal dalam hospitality, dan yang terpenting, melestarikan warisan budaya serta alam adalah pekerjaan rumah yang tak boleh dilupakan.
Sinergi antara pemerintah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat lokal menjadi kunci. Dengan fondasi digital yang kuat dan kesadaran akan pentingnya pelestarian, pariwisata Sulawesi Tengah memiliki potensi besar untuk terus berkembang—merangkul dunia tanpa kehilangan jati diri. (Apri)