Faktasulteng.id, Palu – Tujuh tahun pascabencana gempa, tsunami, dan likuifaksi yang meluluhlantakkan Palu, Sigi, dan Donggala, Pewarta Foto Indonesia (PFI) Palu kembali menghadirkan ruang refleksi melalui pameran foto jurnalistik bertajuk “Asa di Atas Patahan”.
Pameran ini digelar di Palu Grand Mall pada 15–17 September 2025 dan terbuka untuk umum. Ketua PFI Palu, Muhammad Rifki, menjelaskan bahwa tema “Asa di Atas Patahan” dipilih untuk menegaskan bahwa meski masyarakat Sulawesi Tengah hidup di atas jalur sesar aktif, semangat dan harapan tetap tumbuh.
“Foto-foto yang kami tampilkan tidak lagi menonjolkan kesedihan, melainkan ketangguhan dan kebangkitan para penyintas yang mampu bertahan meski dihantam tiga peristiwa besar: gempa, likuifaksi, dan tsunami,” ungkap Rifki saat diwawancarai Faktasulteng.id, Senin (16/9/2025).
Dalam pameran ini, sebanyak 400 karya foto masuk meja kurasi, namun hanya 60 foto yang akhirnya dipamerkan. Foto-foto tersebut merupakan karya 25 fotografer, termasuk satu pewarta foto asal Malaysia, serta jurnalis dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah meliput langsung tragedi kemanusiaan 28 September 2018 silam.
Lebih jauh, Rifki menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai sarana edukasi dan pengingat akan urgensi mitigasi bencana. “Foto-foto ini menjadi saksi hidup bahwa peristiwa semacam ini bisa diminimalisir dampaknya jika kita lebih siap, lebih memahami mitigasi, dan lebih survive dalam menghadapi risiko bencana,” katanya.
Pameran ini terselenggara melalui dana kas organisasi dan proposal pendanaan. Untuk pencetakan, PFI Palu bekerja sama dengan Rama Foto Studio yang turut menanggung biaya produksi.
Dengan hadirnya “Asa di Atas Patahan”, PFI Palu berharap masyarakat tidak hanya mengenang luka masa lalu, tetapi juga merawat ingatan kolektif sebagai modal ketangguhan menghadapi ancaman bencana di masa depan. (Abdy HM)
Leave a Reply