Meriahnya Peringatan HAUL Lamariapa ke-18 di Desa Pewunu, Dihadiri Ketua DPRD Sigi dan Tokoh Masyarakat, Berikut Sejarahnya

Foto Bersama Kerukunan Keluarga Lamariapa, di Haul Lamariapa Ke-18 Tahun (Foto:IST.)

Faktasulteng.id, SIGI – Suasana khidmat dan penuh kebersamaan terasa di Desa Pewunu, Kabupaten Sigi, pada hari Ahad, 11 Mei 2025, saat ratusan keluarga dan tamu undangan menghadiri acara HAUL (peringatan tahunan wafat) Lamariapa yang ke-18. Acara yang menjadi agenda rutin bagi kerukunan Keluarga Lamariapa ini tidak hanya menjadi momentum untuk mengenang jasa dan keteladanan Almarhum, tetapi juga sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga dan masyarakat luas.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sigi, Minhar Tjeno, S.Ag., M.H., bersama dengan Asisten III Bidang Administrasi Umum Pemerintah Kabupaten Sigi, Selvy, turut hadir dalam acara tersebut. Kehadiran para tokoh penting daerah ini menunjukkan dukungan dan pengakuan atas kontribusi Almarhum Lamariapa bagi masyarakat Sigi. Selain itu, beberapa anggota DPRD Kabupaten Sigi lainnya, seperti Ilham, S.Hut (Wakil Ketua I), Dahyar, S.Sos, Endang Herdianti, SE, Djafar Lukman Hl. Jaher, dan Deny, juga tampak hadir, menambah semarak acara peringatan ini.

Asrul Repadjori, selaku ketua kerukunan Keluarga Lamariapa, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam kepada seluruh keluarga besar Lamariapa yang telah hadir dari berbagai daerah. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para tamu undangan yang telah meluangkan waktu untuk bersama-sama mengenang Almarhum. “Kehadiran kita pada hari ini merupakan wujud nyata dari persatuan dan kesatuan keluarga besar Lamariapa. Semoga melalui kegiatan haul yang ke-18 ini, kita semakin mempererat tali persaudaraan dan meneladani nilai-nilai luhur yang telah diajarkan oleh Almarhum,” ujar Asrul Repadjori dengan penuh haru.

Acara HAUL ke-18 ini mengusung tema sentral yang tertuang dalam spanduk besar yang terpasang di lokasi acara, yaitu “SELAMAT DAN SUKSES HAUL LAMARIAPA” dengan pesan kelanjutan, “DENGAN HAUL KELUARGA LAMARIAPA YANG KE-18 TAHUN KITA JALIN PERSATUAN DAN KESATUAN KELUARGA MENUJU KESEJAHTERAAN LAHIR DAN BATHIN”. Tema ini menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan keluarga sebagai fondasi utama untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin, sebuah nilai yang diyakini kuat ditanamkan oleh Almarhum Lamariapa semasa hidupnya.

BACA JUGA  Terdakwa Kasus Pencurian yang Kabur dari PN Palu Menyerahkan Diri

Lamariapa: Sosok Penggerak Perlawanan di Sigi

A.C. Kruyt mencatat dalam bukunya berjudul De West Toradj’s op Midden Celebes, di tengah ketidakstabilan pasca pembuangan raja Sigi, muncul gerakan perlawanan diam-diam terhadap Belanda yang dipicu oleh sakit hati rakyat. Salah satu tokoh penting yang memimpin gerakan ini adalah Lamariapa. Bersama Mahasuri dan Palarante, ia sering mengadakan rapat gelap untuk merencanakan tindakan mengacau keamanan sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah.

BACA JUGA  "Berani Sehat" Tuai Kepercayaan: RSUD Tora Belo Banjir Pasien

Meskipun Tadulako Ponulele mengetahui rencana perlawanan ini, ia secara diam-diam menyetujuinya dan tidak melaporkannya kepada Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen anti-Belanda cukup kuat di kalangan tokoh masyarakat Sigi saat itu.

Sayangnya, kegiatan perlawanan yang diorganisir oleh Lamariapa dan kawan-kawan akhirnya terendus oleh Belanda. Lamariapa bersama Mahasuri dan Palarante ditangkap dan dibuang ke Jawa. Nasib tragis menimpa Lamariapa di tanah pembuangan, di mana ia meninggal dunia.

Meskipun Lamariapa gugur dalam pengasingan, semangat perlawanannya dan keterlibatannya dalam mengorganisir gerakan anti-Belanda menjadi catatan penting dalam sejarah perjuangan di Sigi. Ia adalah salah satu tokoh yang berani mengambil risiko untuk melawan penjajahan, meskipun pada akhirnya harus mengorbankan nyawanya di tanah rantau.

Kisah Lamariapa menunjukkan bahwa perlawanan terhadap Belanda di Sigi tidak hanya terjadi secara terbuka, tetapi juga melalui gerakan-gerakan bawah tanah yang digerakkan oleh tokoh-tokoh seperti dirinya. Meskipun akhirnya gagal, upaya Lamariapa dan rekan-rekannya merupakan bagian penting dari sejarah perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan.

Pemulangan Jenazah Lamariapa

Pemulangan Jenazah Lamariapa dan Lasatande, di Gedung Ampera, Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru (Dok. SCTV/Liputan6.co/Syamsudin)

Dilansir dari Liputan6.com Lamariapa adalah salah seorang tokoh perlawanan yang berasal dari Sigi, Sulawesi Tengah. Ia merupakan cucu dari Perdana Menteri Landa, sebuah kerajaan tertua di wilayah tersebut. Sekitar 220 tahun silam, pada masa penjajahan Belanda, Lamariapa dikenal sebagai sosok yang gigih menentang kekuasaan kolonial.

BACA JUGA  Kena Dampak Efisiensi, Remunerasi Dosen Untad Dipangkas

Kegigihan Lamariapa dalam melawan penjajah membuatnya ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Sukabumi, Jawa Barat, hingga akhir hayatnya. Meskipun jauh dari tanah kelahirannya, semangat perjuangan Lamariapa tidak pernah padam.

Setelah beristirahat di tanah pengasingan selama ratusan tahun, kerangka Lamariapa akhirnya dipulangkan ke kampung halamannya di Biromaru, Donggala (sekarang Kabupaten Sigi), Sulawesi Tengah. Kedatangannya disambut dengan upacara adat yang meriah dan penuh haru oleh keluarga, tokoh adat, serta masyarakat Donggala dan Palu. Lamariapa dimakamkan dengan penghormatan di Pemakaman Raja Sigi Biromaru pada hari Rabu, 9 Mei 2007. Kepulangan dan pemakamannya menjadi momen penting bagi masyarakat Sulawesi Tengah dalam mengenang dan menghargai perjuangan salah satu pahlawan daerahnya.

Piagam Penghargaan oleh Pemerintah Sigi terhadap Tokoh Pejuang Lamariapa

Sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan pengorbanannya, Pemerintah Kabupaten Sigi memberikan penghargaan anumerta kepada Lamariapa pada tanggal 24 Januari 2025. Penghargaan ini menjadi bukti pengakuan atas peran pentingnya dalam melawan penjajahan. (Aphink Repadjori)