Menelisik ‘Kutu Buku’ Sulawesi Tengah: Banggai Kepulauan Unggul, Daerah Lain Harus Belajar

Foto Kegemaran Membaca (Ilustrasi/Ai)

Faktasulteng.id, Palu – Banggai Kepulauan memiliki Tingkat Kegemaran Membaca Tertinggi di Sulawesi Tengah, Kalahkan Kota Palu dan rata-rata Provinsi Sulawesi Tengah. Data terbaru dari Perpustakaan Nasional melalui Survei Tingkat Kegemaran Membaca Masyarakat 2024 oleh BPS menunjukkan adanya variasi signifikan dalam tingkat kegemaran membaca antar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Survei yang mencakup berbagai indikator terkait kebiasaan membaca ini memberikan gambaran menarik mengenai literasi di tingkat daerah.

Berdasarkan data yang terlampir, Kabupaten Banggai Kepulauan mencatatkan Tingkat Kegemaran Membaca tertinggi di Sulawesi Tengah, yakni sebesar 75,89. Angka ini jauh melampaui rata-rata tingkat kegemaran membaca di tingkat provinsi yang berada di angka 67,48, dan kota Palu 71,92. Selain itu, Banggai Kepulauan juga menunjukkan frekuensi membaca yang cukup tinggi, yaitu 5-6 kali dalam seminggu, dengan durasi membaca rata-rata 1 jam hingga 1 jam 59 menit. Jumlah buku yang dibaca per responden juga tergolong tinggi, berkisar antara 5-6 buku.

Di sisi lain, beberapa kabupaten/kota menunjukkan tingkat kegemaran membaca yang berada di bawah rata-rata provinsi. Meskipun demikian, mayoritas kabupaten/kota menunjukkan frekuensi membaca antara 3-4 kali seminggu dengan durasi yang serupa dengan Banggai Kepulauan.

Terbaru dari Perpustakaan Nasional kini menyoroti Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan berbagai aspek terkait layanan perpustakaan di tingkat daerah. Data IPLM menunjukan perspektif baru dalam memahami kondisi literasi secara lebih komprehensif.

BACA JUGA  Pemenang Lomba Bertutur tingkat SD/MI se-Kabupaten Tolitoli 2025 Diumumkan, Kadis: Membaca Investasi Masa Depan

Berdasarkan data IPLM, Kota Palu mencatatkan indeks tertinggi dengan skor 91,1000, jauh melampaui rata-rata provinsi sebesar 71,7000. Sementara itu, Kabupaten Banggai Kepulauan, yang unggul dalam tingkat kegemaran membaca (75,89), memiliki IPLM yang cukup tinggi pula, yaitu 85,2700.

Sorotan pada Progresifitas Banggai Kepulauan:

Menanggapi data ini, pemerhati literasi Sulawesi Tengah sekaligus pendiri TBM Nemu Buku, Neni Muhidin, menyatakan tidak terkejut dengan keunggulan Banggai Kepulauan dalam hal literasi. “Kalo Bangkep saya tidak heran. Dinas perpustakaan dan arsipnya memang progresif. Jemput bola. Buku-buku rutin datangi warga, pemerintah desanya juga responsif untuk pendidikan informal, dan komunitas literasi di sana didukung penuh pemerintah kabupaten,” ujarnya.

Neni Muhidin menambahkan, “Saya pernah riset di sana dan lihat sendiri bagaimana Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusaka) bekerja melayani kebutuhan literasi warganya. Dispusaka Banggai Kepulauan bahkan pernah meraih juara nasional Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial pada tahun 2021.” Penghargaan ini menjadi bukti nyata komitmen dan inovasi Dispusaka Banggai Kepulauan dalam meningkatkan literasi masyarakat.

Korelasi dengan Tingkat Kegemaran Membaca dan Pembenahan Layanan:

Keberhasilan Banggai Kepulauan mengonfirmasi adanya korelasi positif antara kinerja dinas perpustakaan yang progresif dengan tingkat kegemaran membaca masyarakat. Pendekatan “jemput bola” dan dukungan penuh dari pemerintah daerah menciptakan ekosistem literasi yang kondusif.

Sebaliknya, kabupaten/kota dengan indikator layanan perpustakaan yang belum optimal perlu mencontoh praktik baik yang telah dilakukan oleh Banggai Kepulauan. Peningkatan kualitas dan kuantitas koleksi buku, penguatan sumber daya manusia perpustakaan, serta inisiatif proaktif dalam mendekatkan buku kepada masyarakat menjadi langkah penting.

BACA JUGA  Harmoni Kepemimpinan: Pilar Pembangunan Sulawesi Tengah yang Berkelanjutan

Data ini juga mengungkapkan adanya variasi signifikan dalam Pemerataan Layanan Perpustakaan, Ketercukupan Koleksi Perpustakaan, Rasio Ketercukupan Tenaga Perpustakaan, Tingkat Kunjungan Masyarakat per hari, Perpustakaan yang dibina sesuai Standar Nasional Perpustakaan (SNP), Keterlibatan Masyarakat dalam Kegiatan Sosialisasi Perpustakaan, dan Jumlah Anggota Perpustakaan.

Korelasi dengan Tingkat Kegemaran Membaca dan Potensi Penjelas:

Menariknya, kabupaten/kota dengan IPLM yang lebih tinggi cenderung menunjukkan indikator layanan perpustakaan yang lebih baik. Kota Palu, dengan IPLM tertinggi, juga memiliki persentase Perpustakaan yang dibina sesuai SNP sebesar 1,0000, mengindikasikan bahwa seluruh perpustakaan di wilayah tersebut telah memenuhi standar nasional. Selain itu, Tingkat Kunjungan Masyarakat per hari di Kota Palu juga tinggi (1,0000).

Kabupaten Banggai Kepulauan, yang memiliki tingkat kegemaran membaca tertinggi, juga menunjukkan angka yang baik dalam beberapa indikator perpustakaan, seperti Perpustakaan yang dibina sesuai SNP dan Keterlibatan Masyarakat dalam Kegiatan Sosialisasi Perpustakaan (keduanya 1,0000). Hal ini mengindikasikan bahwa infrastruktur dan program perpustakaan yang baik dapat berkorelasi positif dengan minat dan kebiasaan membaca masyarakat.

Namun, terdapat beberapa catatan menarik. Misalnya, Kabupaten Banggai, meskipun memiliki tingkat kegemaran membaca yang moderat (56,41), menunjukkan angka yang relatif rendah dalam beberapa indikator perpustakaan, seperti Ketercukupan Koleksi Perpustakaan (0,0236) dan Rasio Ketercukupan Tenaga Perpustakaan (0,5352). Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada tingkat kegemaran membaca yang tidak setinggi Banggai Kepulauan atau Kota Palu.

BACA JUGA  Menteri Bappenas Puji Gubernur Sulteng: Revolusioner dan Visioner

Fokus pada Pembenahan Layanan Perpustakaan:

Data ini semakin memperjelas bahwa upaya peningkatan literasi tidak hanya berfokus pada menumbuhkan minat baca, tetapi juga pada pembenahan infrastruktur dan layanan perpustakaan. Kabupaten/kota dengan layanan perpustakaan yang belum optimal perlu menjadi perhatian khusus. Peningkatan kualitas dan kuantitas koleksi buku, penambahan tenaga perpustakaan yang kompeten, serta peningkatan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perpustakaan dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan IPLM dan, pada akhirnya, berkontribusi pada peningkatan tingkat kegemaran membaca.

Kesimpulan dan Langkah ke Depan:

Variasi IPLM di Sulawesi Tengah mengindikasikan adanya kebutuhan untuk pemerataan pembangunan literasi. Kabupaten/kota yang memiliki skor IPLM rendah perlu mendapatkan dukungan lebih untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan mereka. Dengan tersedianya perpustakaan yang representatif, mudah diakses, dan memiliki program yang menarik, diharapkan minat baca masyarakat dapat semakin tumbuh, sehingga disparitas tingkat kegemaran membaca antar wilayah dapat diperkecil. Data IPLM ini menjadi peta jalan penting bagi pemerintah daerah dan stakeholder terkait untuk merancang intervensi yang lebih efektif dan tepat sasaran dalam memajukan literasi di Sulawesi Tengah secara menyeluruh. (Apri)