Faktasulteng.id, PALU – Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, menegaskan bahwa kritik dari media merupakan “vitamin” yang penting bagi kepemimpinannya. Dalam acara “Ngopi (ngobrol produktif bersama pers)” di Tanaris Coffee, Sabtu, 10 Mei 2025, ia menyatakan bahwa kritik yang masih bergaung di media justru menandakan adanya dinamika, sementara diamnya media justru mengkhawatirkan.
“Kalau masih babunyi di media itu masih wajar, tapi kalau sudah tidak babunyi itu bahaya, tinggal tunggu meletusnya,” ujar Anwar Hafid, menekankan pentingnya transparansi dan akuntabilitas.
Visi besar yang diusung Anwar Hafid dan Wakil Gubernur Reni Lamadjido adalah “Sulteng Nambaso,” sebuah istilah bahasa daerah yang berarti “besar” atau “terkemuka.” Mereka bertekad menjadikan Sulawesi Tengah sebagai provinsi yang maju dan berprestasi, dengan pendekatan yang merakyat melalui penggunaan bahasa daerah.
Meski Sulawesi Tengah mencatatkan pertumbuhan ekonomi nomor tiga nasional, Anwar Hafid menyadari masih ada ketimpangan yang perlu diatasi. Ia menekankan perlunya pengelolaan sumber daya alam dan potensi geografis yang optimal, serta pemanfaatan sumber daya manusia yang kini diperkuat dengan kehadiran dua menteri dan tiga dirjen eselon satu dari daerah tersebut.
Untuk mengatasi ketimpangan, Anwar Hafid menawarkan sembilan formula “Berani,” yang mencakup peningkatan kualitas pendidikan, akses layanan kesehatan, perbaikan infrastruktur, peningkatan produktivitas pertanian dan perikanan, serta pengembangan sektor energi dan telekomunikasi. Ia juga menekankan pentingnya integritas birokrasi dan pemberdayaan masyarakat. (Apri)
Leave a Reply