DONGGALA – Bencana banjir bandang kembali memorak-porandakan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa, 1 April 2025. Hujan deras yang mengguyur sejak pagi hari mengubah sejumlah wilayah di Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah menjadi lautan lumpur. Warga terjebak, harta benda hanyut, dan desakan evaluasi tata ruang pun menguat.
Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah Lumpuh
Air bah setinggi lutut orang dewasa merendam Kelurahan Ganti, Maleni, Labuan Bajo, Boya, dan Kabonga Besar di Kecamatan Banawa. Luapan Sungai Kabonga Besar mengancam jembatan, memperparah kondisi. Di Kecamatan Banawa Tengah, Desa Limboro tak luput dari terjangan banjir. Desa Kabonga Kecil juga dilanda banjir bandang, merendam 15 rumah. Desa Batusuya, kecamatan sindue tambusabora juga dikabarkan terendam banjir.
“Air datang tiba-tiba, kami tidak sempat menyelamatkan apa pun,” ujar seorang warga Kelurahan Maleni, dengan nada putus asa.
Solidaritas Warga di Tengah Kepanikan
Di tengah kepanikan, solidaritas warga muncul. Mereka bahu-membahu menyelamatkan diri dan membantu tetangga. Relawan bergerak cepat, menyalurkan bantuan makanan dan perlengkapan evakuasi. Tim tanggap darurat berupaya membersihkan lumpur dan puing, serta memulihkan akses jalan yang terputus. Alat berat dikerahkan untuk mempercepat proses pemulihan.
Desakan Evaluasi Tata Ruang dan Mitigasi Bencana
Banjir ini bukan yang pertama kali terjadi di Donggala. Warga mendesak pemerintah untuk segera mengevaluasi tata ruang dan sistem drainase. Perubahan struktur tanah di wilayah pegunungan diduga menjadi salah satu penyebab banjir bandang ini.
“Kami sudah lelah dengan banjir yang terus berulang. Pemerintah harus segera mengambil tindakan nyata,” tegas seorang tokoh masyarakat Desa Limboro.
Kondisi Terkini: Evakuasi dan Pemulihan
Hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi dan pembersihan masih berlangsung. Aktivitas warga lumpuh, namun semangat untuk bangkit tak padam. Bantuan terus mengalir untuk meringankan beban korban terdampak.
Analisis: Kegagalan Mitigasi dan Tata Ruang
Banjir bandang di Donggala ini mencerminkan kegagalan mitigasi bencana dan penataan ruang yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan. Pembangunan yang tidak berkelanjutan memperparah kerentanan wilayah ini terhadap bencana hidrometeorologi. Perlu ada perubahan paradigma dalam pembangunan, dengan mengedepankan kelestarian lingkungan dan keselamatan warga. (Ap)
Leave a Reply