Oase Dukungan di Tengah Badai Penolakan: LSM di Tolitoli ‘Save UU TNI’

Aksi LSM Interupsi suarakan dukuangan UU TNI di Tolitoli (Foto:IST.)

Faktasulteng.id, Tolitoli, Sulawesi Tengah – Di tengah riuhnya gelombang penolakan revisi Undang-Undang TNI di berbagai penjuru negeri, sebuah oase dukungan justru muncul dari kota kecil di Sulawesi Tengah. Pada Jumat, 28 Maret 2025, Jalan Magamu di depan SMPN 1 Tolitoli menjadi panggung bagi aksi damai yang digagas oleh LSM Interupsi Tolitoli.

Aksi yang berlangsung singkat, hanya delapan menit, itu menyimpan makna mendalam. Rusdi Djamal, sang motor penggerak, bersama beberapa anggota lainnya, termasuk seorang pensiunan Babinsa, lantang menyuarakan dukungan terhadap revisi UU TNI No. 34 Tahun 2004. Pamflet-pamflet bertuliskan “NKRI Harga Mati”, “Save UU TNI”, “Negara Butuh TNI”, dan “TNI untuk Rakyat” menjadi simbol perlawanan terhadap arus penolakan yang kian deras.

“Revisi UU TNI ini adalah langkah maju dalam memperkuat pertahanan negara,” ujar Rusdi Djamal dalam orasinya yang berapi-api. “Saya yakin revisi ini akan meningkatkan profesionalisme TNI dan memperkuat peran TNI dalam menghadapi tantangan global.”

Aksi ini bak setitik cahaya di tengah kegelapan. Di saat berbagai elemen masyarakat sipil menyuarakan kekhawatiran akan potensi kembalinya dwifungsi ABRI dan pembatasan ruang demokrasi, LSM Interupsi Tolitoli justru melihat revisi ini sebagai angin segar bagi kemajuan TNI.

Masyarakat yang melintas di sekitar lokasi aksi tampak terheran-heran. Mereka menyaksikan pemandangan yang kontras dengan berita-berita yang selama ini mereka dengar. Namun, tak ada riak-riak penolakan yang muncul. Aksi ini berlangsung damai, tanpa gangguan.

Di sudut jalan, beberapa anggota kepolisian dari Polres Tolitoli tampak mengawasi jalannya aksi. Mereka tak hanya mengawasi, tetapi juga menjalin komunikasi yang baik dengan para peserta aksi. Di akhir aksi, jabat tangan hangat antara anggota LSM Interupsi dan anggota kepolisian menjadi simbol sinergi antara masyarakat sipil dan aparat keamanan.

Aksi dukungan LSM Interupsi Tolitoli ini menjadi fenomena unik. Ia menunjukkan bahwa di tengah perbedaan pendapat, dialog dan komunikasi yang baik tetap menjadi kunci. Aksi ini juga menjadi bukti bahwa suara-suara kecil pun memiliki kekuatan untuk mengubah arah opini publik. (Ainun Rosadi/Ap)