Mencari Harta Karun: Ikhtiar Gubernur Sulteng Menyelamatkan Kapal Pembangunan di Tengah Badai Efisiensi

Foto: Ro Adpim Setdaprov Sulteng

Faktasulteng.id – Di ruang kerja yang hangat, Gubernur Anwar Hafid duduk di balik meja kerjanya, wajahnya serius namun penuh harapan. Di hadapannya, para kepala dinas dan pejabat daerah tampak tekun menyimak setiap kata yang diucapkannya. Ruangan itu menjadi saksi bisu dari sebuah ikhtiar besar: menyelamatkan kapal pembangunan Sulawesi Tengah dari badai efisiensi anggaran yang akan menerjang pada tahun 2025.

“Satu-satunya harapan kita bisa bertahan di 2025 adalah dari PAD,” tegas sang gubernur, suaranya menggema di ruangan itu. PAD, atau Pendapatan Asli Daerah, menjadi kata kunci yang terus diulang-ulang. Ibarat bahan bakar, PAD adalah nyawa dari setiap program pembangunan yang telah dicanangkan.

Seperti seorang nahkoda yang berpengalaman, Gubernur Anwar Hafid sadar betul bahwa ia harus memutar otak untuk menemukan sumber-sumber pendapatan baru. Ia tak ingin kapal yang dinakhodainya oleng dan terombang-ambing di tengah lautan ketidakpastian.

Maka, dimulailah sebuah “perburuan harta karun”. Bukan emas atau permata, tetapi potensi-potensi pendapatan yang selama ini tersembunyi atau belum tergali maksimal. Dari laporan Kepala Bapenda, terungkap bahwa ada Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar 300 miliar rupiah yang masih “menggantung” di Kementerian Keuangan. Sebuah angka yang fantastis, yang jika berhasil ditarik, akan menjadi suntikan energi yang luar biasa bagi kas daerah.

Gubernur tak ingin membuang waktu. Ia menginstruksikan jajarannya untuk segera “mengejar” DBH tersebut. Ia juga menoleh ke Kalimantan Timur, provinsi yang sukses mendulang PAD dari sektor pajak kendaraan bermotor dan bahan bakar. “Kirim staf ke sana untuk belajar,” perintahnya, berharap Sulawesi Tengah dapat meniru kesuksesan Kaltim.

Morowali, sang “raksasa” industri nikel, tak luput dari perhatiannya. Setoran pajak air permukaan yang mencapai 4,3 miliar rupiah per bulan menjadi bukti betapa besar potensi yang tersimpan di sana. Gubernur ingin agar daerahnya mendapat manfaat maksimal dari industri nikel, dan untuk itu, ia mendorong lahirnya payung hukum yang kuat.

Namun, ikhtiar Gubernur Anwar Hafid tak hanya sebatas menggali potensi bumi. Ia juga ingin “mengetuk pintu langit”. Dengan mengajak seluruh jajarannya untuk meningkatkan ibadah dan menggiatkan gerakan berjamaah, ia yakin bahwa rezeki yang masih tersembunyi akan segera diturunkan.

“Insya Allah dengan berjamaah semua akan dilancarkan,” ujarnya, suaranya penuh keyakinan. Ia percaya bahwa usaha yang disertai doa akan membuahkan hasil yang manis.

Di tengah pusaran efisiensi anggaran, Gubernur Anwar Hafid dan jajarannya tak gentar. Mereka terus berlayar, mencari “harta karun” untuk menyelamatkan kapal pembangunan Sulawesi Tengah. Dengan semangat BERANI BERKAH, mereka optimis dapat melewati badai dan membawa daerah ini menuju kemajuan dan kesejahteraan. (Ap)