Di tengah lanskap Kota Palu yang indah, tersembunyi sebuah kompleks industri pertambangan yang mbelakangan ini kembali ramai diperbincangkan. PT Citra Palu Minerals (CPM), perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah ini, menjadi sorotan terkait dengan potensi dampak lingkungannya.
Kekhawatiran masyarakat akan pencemaran lingkungan akibat aktivitas pertambangan mendorong Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sulawesi Tengah untuk melakukan inspeksi mendadak. Wahid Irawan, Sekretaris DLH Sulteng, memimpin timnya menyusuri area pertambangan, mencari bukti nyata dari dampak yang selama ini menjadi bola liar itu.
Pengelolaan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) menjadi fokus utama inspeksi. DLH Sulteng ingin memastikan bahwa CPM sudah menaati semua peraturan dan standar yang berlaku. Selain itu, mereka juga melakukan pengujian kualitas udara dan air Sungai Pondo, sungai yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sekitar.
Hasil inspeksi awal menunjukkan bahwa pengelolaan limbah B3 di CPM “tergolong baik,” menurut Wahid Irawan. Namun, ia menekankan bahwa ini baru penilaian sementara. “Kadar kualitas udara di area CPM baru bisa diketahui 2 sampai 3 hari ke depan, melalui hasil uji laboratorium,” jelasnya.
DLH Sulteng juga menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan lingkungan. Mereka meminta CPM untuk secara rutin melaporkan dokumen pengelolaan lingkungan setiap semester. “Dokumen lingkungan untuk semester II 2024 baru tadi diserahkan,” kata Wahid. “Idealnya, laporan ini diserahkan tepat waktu,” tegasnya.
Sementara itu, PT CPM berusaha meyakinkan publik bahwa mereka sangat memperhatikan isu lingkungan. Amran Amier, GM External Affairs and Security PT CPM, menyatakan bahwa perusahaan telah memenuhi semua ketentuan regulasi yang tertuang dalam dokumen persetujuan teknis (pertek) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
“Pemantauan udara ambien dan pemantauan emisi semuanya sudah dilakukan dengan pihak laboratorium yang terakreditasi KAN,” jelas Amran. “Semua parameter memenuhi baku mutu lingkungan,” tegasnya.
CPM juga membanggakan teknologi canggih yang mereka gunakan untuk mendeteksi gas HCN, gas beracun yang berpotensi timbul dalam proses pengolahan sianida. “Alat pendeteksi gas HCN di CPM tergolong canggih dan berkualitas,” kata Amran. “Sampai sejauh ini tidak ada indikasi pembentukan gas HCN dan operator bekerja dengan aman,” lanjutnya.
Kunjungan DLH Sulteng ke PT CPM adalah pengingat bahwa aktivitas pertambangan bisa membawa potensi risiko terhadap lingkungan. Diperlukan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Masyarakat menuntut transparansi dan akuntabilitas dari perusahaan tambang, serta tindakan tegas dari pemerintah jika terjadi pelanggaran.
Masa depan lingkungan di sekitar wilayah pertambangan CPM masih belum pasti. Hasil uji laboratorium akan menjadi penentu apakah kekhawatiran masyarakat selama ini beralasan atau tidak. Yang jelas, pemerintah terus memantau dan mengawasi aktivitas pertambangan agar tidak menimbulkan dampak kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. (Ap)
Leave a Reply